Pramuka sebagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolah
tentunya tidak asing lagi bagi semua orang. Kata “Pramuka” merupakan
kepanjangan dari Praja Muda Karana yang memiliki arti rakyat muda yang suka
berkarya. Sedangkan yang dimaksud dengan “Kepramukaan” adalah proses pendidikan
di luar lingkungan sekolah dan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,
menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan praktis, yang dilakukan di alam
terbuka yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi
pekerti luhur.
Belakangan ini, pramuka kurang diminati oleh
sebagian siswa karena sebagian besar dari mereka menganggap, Pramuka itu
ketinggalan zaman. Benarkah? Pernyataan seperti itu yang membunuh eksistensi
dan minat pramuka di kalangan siswa, terutama remaja di era globalisasi seperti
sekarang ini. Hal ini didukung pula dengan tidak dimasukannya pramuka sebagai
ektrakulikuler.
Sebenarnya, masalah pokok yang membuat pramuka kini
semakin berkurang eksistensinya adalah ketidaktahuan kita akan kontribusi yang
telah disumbangkan Pramuka, yaitu kontribusi yang sebagian besar lebih
menekankan pada pembentukan karakter bangsa sehingga menjadi pribadi yang kuat,
berakhakul karimah serta berbudi luhur diantaranya, kemandirian, leadership
(kepemimpinan), kerjasama yang baik, dan kedisiplinan.
Sebenarnya masih banyak manfaat yang dapat diperoleh
dari kegiatan pramuka. Hanya saja, remaja zaman sekarang jarang yang dapat
merenungi kontribusi pramuka untuk bangsa, sehingga pramuka sendiri terkesan
ketinggalan zaman. Kesimpulannya, Bagaimana caranya agar pramuka masih bisa
menjaga eksistensinya dan memberi manfaat bagi bangsa Indonesia sehingga negeri
ini tetap jaya? Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab oleh tangan-tangan
kita, jiwa-jiwa kita dan tekad kita untuk terus maju membangun negeri. Tak ada
kata menyerah. Mari kita membangun Indonesia jaya dimulai dari diri kita
sendiri. Karena semua yang kelak terjadi berawal dari diri kita.
dimuat dalam koran Kedaulatan Rakyat, 16 Desember 2011
0 komentar:
Posting Komentar